Powered By Blogger

Sabtu, 01 Desember 2012

Makalah Membaca Kritis Untuk Meenulis



NAMA        : HARISNAWATI
NIM            :1252132026

 

MEMBACA KRITIS UNTUK MENULIS

“Membaca merupakan kegiatan yang sangat menunjang kegiatan menulis. Dengan banyak membaca, kita akan mempunyai banyak informasi dan pengetahuan yang tidak kita dapat dari pengalaman sehari-hari. Dengan banyak membaca, kita juga akan banyak mendapat gagasan yang berguna untuk tulisan kita. Tulisan yang baik memberikan pengetahuan bagi pembacanya. Oleh karena itu, kalau kita ingin menghasilkan tulisan yang baik, kita perlu banyak membaca. Tidak mengherankan bahwa penulis yang baik umumnya banyak membaca”. (Jahrir:2012:89)

Selain itu, membaca juga adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh informasi yang disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata maupun bahasa tulisan. Dalam membaca dikenal jenis membaca telaah isi yang memiliki pengertian yaitu membaca dengan cara meneliti bahan yang tersedia dengan tidak mengesampingkan ketelitian, pemahaman, serta kekritisan dalam berpikir. Membaca kritis sangat relevan dengan kehidupan kita sekarang sebagai pelajar yang dituntut untuk menambah wawasan dan mengembangkan ilmu. Oleh sebab itu, belajar ini tentu akan sangat bermanfaat karena kita akan dapat memanfaatkan hasil pembacaan kita yang cermat. Berdasarkan hal itulah hakikat membaca kritis ini merupakan kgiatan belajar yang penting dan wajib dikuasai oleh pelajar maupun mahasiswa. Melalui kegiatan belajar ini, kita sebagai pelajar dibekali dengan kompetensi yang berkenaan dengan kemampuan untuk menerapkan metode membaca kritis untuk menulis.(Jahrir:2012:90)

a.       Pengertian Membaca Kritis

Membaca kritis adalah kegiatan yang dilakukan dengan bijaksana, penuh tenggang rasa, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan penulis tetapi berusaha memahami makna tersirat dari sebuah bacaan yang telah dibaca. Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis. Membaca kritis melibatkan, mempertanyakan dan mengevaluasi apa yang penulis katakan, dan membentuk pendapat Anda sendiri tentang apa yang penulis katakan di dalam tulisannya. (Jahrir:2012:90)

Membaca kritis adalah membaca yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta itu.. Pembaca tidak hanya sekedar menyerap masalah yang ada, tetapi ia bersama-sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Membaca kritis berarti harus membaca secara analisis dan dengan penilaian (Agustina 2008:124).
 
Membaca kritis adalah kemampuan memahami makna yang tersirat pada sebuah bacaan. Untuk itu, diperlukan kemampuan berpikir dan bersikap kritis. Dalam membaca kritis, pembaca dapat pula mencamkan lebih dalam apa yang dibacanya dan diapun akan mempunyai kepercayaan diri yang lebih mantap daripada kalau dia membaca tanpa usaha berpikir secara kritis.  Oleh karena itu, membaca kritis harus menjadi ciri semua kegiatan membaca yang bertujuan memahami isi bacaan sebaik—baiknya. (Jahrir:2012:90)
“Berdasarkan uraian di atas, dalam membaca kritis tidak hanya sekedar memahami isi bacaan tetapi melibatkan emosi pembaca, sehingga pembaca mampu menganalis dan memberikan penilaian. Dalam penerapan peningkatan membaca mahasiswa maupun siswa-siswa diharapkan tidak hanya sekedar memahami isi bacaan tetapi juga mampu menganalisis dan memberi penilaian. Yang lebih penting dalam kegiatan membaca adalah menangkap pesan atau ide pokok bacaan dengan baik”.(Jahrir:2012:91)

Keterampilan membaca kritis adalah proses penelitian dan evaluasi teks yang tidak hanya sekedar menginterpretasi teks tertulis. Konsekuensi pembaca kritis mempunyai beberapa karakteristik, pembaca mampu memahami dengan bertanya, menganalisis, dan mengevaluasi. Pembaca kritis mencoba memecahkan masalah; juga mampu membedakan antara fakta dan opini-opini. (Jahrir:2012:91)

Kegiatan membaca kritis untuk menulis pada dasarnya merupakan kegiatan membaca untuk mendapatkan informasi yang relevan untuk tulisan yang akan dikembangkan. Dengan demikian, kegiatan membaca kritis untuk menulis harus dikaitkan dengan informasi seperti apa yang kita masukkan dalam tulisan kita, apakah informasi umum, khusus, atau informasi yang terperinci. Jenis tulisan yang kita baca berisi informasi yang berbeda. Informasi yang kita dapatkan dari tulisan popular, misalnya, berbeda dengan informasi yang kita dapatkan dari tulisan ilmiah. (Jahrir:2012:92)

“Membaca kritis menghendaki kita untuk tidak menerima begitu saja kebenaran informasi yang didapatkan. Kita selalu bersikap skeptis, bertanya terus-menerus dan berusaha mencari bukti untuk menguji kebenaran informasi tersebut. Pengujian itu biasa dilakukan dengan mencari informasi pada sumber-sumber yang lain. Oleh karena itu, membaca kritis memerlukan ketekunan dan kesabaran”. (Jahrir:2012:92)

b.      Ada tiga kegiatan yang terdapat dalam membaca kritis

1.       Membaca Dengan Berpikir hendaknya memikirkan persoalan-persoalan atau fakta-fakta yang ditampilkan dalam bacaan. Pembaca memikirkan maksud dan tujuan penulis mengemukakan fakta-fakta tersebut. Tujuan pembaca dengan cara berpikir ini supaya pembaca dapat menentukan batasab-batasan dari persoalan-persoalan atau fakta-fakta yang dikemukakan oleh pengarang.” (Sutrisno; 2012)
2.       Membaca Dengan Menganalisis merupakan kunci membaca kritis. Dengan menganalisis pembaca dapat mengetahui apakah gagasan atau fakta-fakta yang dikemukakan pengarang sungguh di sokong oleh detail-detail yang diberikannya atau tidak. Pembaca selanjutnya dengan cara itu akan dapat memisah-misahkan mana detail-detail yang penting, mana detail yang cocok dan detail yang tidak cocok. (Sutrisno; 2012)
3.       Membaca Dengan Penilaian. Tugas pembaca kritis adalah menilai fakta atau pernyataan yang dapat menyokong gagasan pokok yang dikemukakan. Pembaca harus sanggup menentukan apakah fakta yang dibacanya ada hubungannya satu dengan yang lainnya atau mungkin pembaca nenemukan dua atau lebih fakta yang seharusnya dipandang sebagai fakta yang terpisah. Akhirnya pembaca menentukan penilaian terhadap fakta-fakta yang disajikan oleh penulis. (Sutrisno; 2012)
c.       Untuk membantu pengembangan kemampuan membaca kritis, berikut ini pertanyan-pertanyaan yang dapat diajukan:

1.      “Apa yang ingin disampaikan penulis?
- Tentang apakah tulisan yang kita baca?
- Mengapa penulis ingin menulis hal itu?” (Sugiono:2010:15)

2.      “ Apa alasan penulis?

Selain mengetahui apa yang sedang dibaca, perlu juga diketahui alasan yang mendorong penulis menuliskannya dalam sebuah tulisan. Selain itu perlu juga mengatahui sudut pandang penulis melalui alasan yang dibuat atau upaya penulis untuk meyakinkan pembacanya berpikir agar pembaca percaya.Alasan tersebut dapat ditemukan dengan mudah atau sulit karena dapat terletak di awal, tengah, akhir, ataupun menyebar di berbagai tempat atau paragraf.” (Sugiono:2010:15)

3.      “Apa ada alasan atau sudut pandang yang berbeda?

Pembaca kritis harus memulai dari keyakinan bahwa pasti ada alasan berbeda dari alasan pengarang.Semua itu untuk meyakinkan pembaca mengapa alasan tersebut tidak memadai atau bahkan salah.Tetapi terkadang tidak mengemukakan alasan alternatif, sehingga pembaca harus mencari sendiri.” (Sugiono:2010:15)

4.      “Apakah bukti yang ditampilkan penulis?

Alasan yang kuat merupakan cara meyakinkan pembaca. Tetapi, pembaca terkadang tidak cukup diyakinkan hanya dengan alasan semata, melainkan harus dengan bukti-bukti yang mendukung alasan misalnya; pengalaman, logika, emosi, sejarah, pernyataan ahli atau pakar, dsb.” (Sugiono:2010:15)

5.      “Apakah bukti yang ditampilkan penulis sangat mendukung?

Bukti-bukti yang ditampilkan penulis tidak selalu mendukung.Sebagai pembaca kritis, harus mencoba memahami upaya penulis untuk mendukung alasan dengan bukti-bukti yang mendukung sudut pandang obyektif, tidak langsung melalui sudut pandang kita sendiri.Misalnya; apakah bukti yang disampaikan masuk akal?Jika bukti berupa fakta, apakah bukti tersebut dapat diandalkan?Apakah sumbernya dapat dipercaya? Apakah data statistik memperkuat alasan dan mendukung bukti lain yang diajukan penulis? Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin tidak mudah untuk dijawab, bahkan pembaca kritis dituntut berpikir keras untuk melakukannya.” (Sugiono:2010:15)

6.      “Apa pendapat kita?

Setelah semua proses di atas selesai, bagian akhir yang tidak kalah pentingnya adalah pendapat kita terhadap tulisan yang dibaca. Setelah memahami alasan penulisan dan bukti-bukti yang diajukan penulis, saatnya melihat pandangan kita.Apakah penulis berhasil meyakinkan kita dengan mengacu pada bukti-bukti. Pada awal tulisan, kita sepaham dengan gagasan penulis tetapi hingga akhir tulisan yang dibaca, kita menyimpulkan bahwa penulis tidak dapat memenuhi apa yang dijanjikannya. Sebagai pembaca kritis, tidak perlu menyesal telah membaca suatu tulisan karena tidak paham, sebab dalam membaca tulisan ada tulisan yang isinya kurang bagus dan juga cara penyajiannya juga membingungkan pembacanya.”(Sugiono:2010:15)
















DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 2008. Pembelajaran Keterampilan Membaca. Padang: Unp Press
http://www.scribd.com/doc/40537099/Hakikat-Membaca-Kritis diunduh tanggal 6 Januari 2012
Jahrir, Andi Sahtiani.2012:89-92.Penggembangan Kepribadian Bahasa Indonesia.




KATA PENGHUBUNG ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT


 NAMA   : DEWI REZKI
  NIM      : 1252132018

Kata Penghubung Intrakalimat dan Antarkalimat

 Kata penghubung adalah kata yang menghubungkan dua atau lebih kelompok kata agar maknanya berkaitan.Ada 2 jenis kata penghubung,yaitu intrakalimat dan antarkalimat;
1. Kata Penghubung Intra Kalimat ( Antar Klausa)
Adalah kata yang menghubungkan klausa induk dan klausa anak.
A.    Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, konjungsi ini selalu memulai satu kalimat yang baru dan huruf pertamanya ditulis dengan huruf Kapital.
Macam-macam konjungsi antarkalimat :
1.      Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya, seperti biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, sesungguhnya demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, dan meskipun demikian/begitu.
Contoh : Saya tidak suka dengan cara dia berbicara. Walaupun demikian, saya harus tetap menghormatinya.
2.      Konjungsi yang menyatakan lanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya, seperti sesudah itu, setelah itu, dan selanjutnya.
Contoh : Untuk hari ini, yang akan saya pelajari pertama adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Setelah itu, saya akan belajar Matematika.
3.      Konjungsi yang menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya, seperti  tambahan pula, lagi pula, dan selain itu.
Contoh : Kami menyambut tahun baru dengan kemeriahan kembang api. Selain itu, suara terompet juga ikut menambah semaraknya suasana tahun baru.
4.      Konjungsi yang menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya, seperti sebaliknya.
Contoh : Janganlah kita membuang sampah di sungai ini! Sebaliknya, kita harus menjaganya agar tetap bersih untuk mencegah terjadinya banjir.
5.      Konjungsi yang menyatakan keadaan yang sebenarnya, seperti sesungguhnya dan bahwasanya.
Contoh : Temanku mengalami kecelakaan tadi siang. Sesungguhnya, aku sudah mencegahnya untuk tidak mengendarai sepeda motor saat hujan tadi siang.
6.      Konjungsi yang menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya, seperti malahan dan bahkan.
Contoh : Penduduk di Indonesia banyak yang mengalami masalah ekonomi. Bahkan, ada penduduk yang sampai bunuh diri karena masalah ekonomi tersebut.
7.      Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya, seperti namun dan akan tetapi.
Contoh : Situasi di desa kami sudah cukup aman setelah terjadi gempa tadi pagi. Akan tetapi, pihak yang berwenang menyuruh warga agar tetap waspada karena ada kemungkinan terjadinya gempa susulan.
8.      Konjungsi yang menyatakan konsekuensi, seperti dengan demikian.
Contoh : Kamu telah terpilih menjadi ketua kelas bulan ini. Dengan demikian, kamu harus menjalani tugasmu dengan sebaik-baiknya.
9.      Konjungsi yang menyatakan akibat, seperti oleh karena itu dan oleh sebab itu.
Contoh : Aku sudah melarangnya untuk melakukan hal itu. Oleh karena itu, biarkan saja dia merasakan akibatnya.
10.  Konjungsi yang menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya, seperti sebelum itu.
Contoh : Sukanto telah berhasil memecahkan rekornya sendiri dalam ajang SEA Games tahun ini. Sebelum itu, dia juga pernah memecahkan rekor atas namanya sendiri pada ajang SEA Games tiga tahun yang lalu.
2. Kata Penghubung Antar Kalimat

Adalah kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. Dalam penggunaanya, kata penghubung antar kalimat menyatakan makna yang berbeda-beda, daintaranya : oleh karena itu, sebelim itu, namun, akan tetapi, kecuali itu, dengan demikian, sesudah itu, selain itu, sebaliknya.
Contoh :
a. Anton sering makan terlambat, oleh karena itu, dia menderita sakit lambung.
b. Anak kecil itu tidak menghiraukan teriakan ibunya. Sebaliknya, dia malah asyik bermain.
c. Mereka makan di restoran. Sebelum itu, mereka nonto di bioskop
1. Kata dan Frasa yang Diikuti Koma
Ada sejumlah kata/frasa penghubung antarkalimat dalam bahasa Indonesia yang diikuti tanda koma jika digunakan pada awal kalimat. Kata-kata dan frasa-frasa tersebut didaftarkan berikut ini.
Agaknya, ...
Akan tetapi, ...
Akhirnya, ...
Akibatnya, ...
Artinya, ...
Biarpun begitu, ...
Biarpun demikian, ...
Berkaitan dengan itu, ...
Dalam hal ini, ...
Dalam hubungan ini, ...
Dalam konteks ini, ...
Dengan demikian, ...
Dengan kata lain, ...
Di samping itu, ...
Di satu pihak, ...
Di pihak lain, ...
Jadi, ...
Jika demikian, ...
Kalau begitu, ...
Kalau tidak salah, ...
Kecuali itu, ...
Lagi pula, ...
Meskipun begitu, ...
Meskipun demikian, ...
Namun, ...
Oleh karena itu, ...
Oleh sebab itu, ...
Pada dasarnya, ...
Pada hakikatnya, ...
Pada prinsipnya, ...
Sebagai kesimpulan, ...
Sebaiknya, ...
Sebaliknya, ...
Sebelumnya, ...
Sebenarnya, ...
Sebetulnya, ...
Sehubungan dengan itu, ...
Selain itu, ...
Selanjutnya, ...
Sementara itu, ...
Sesudah itu, ...
Setelah itu, ...
Sesungguhnya, ...
Sungguhpun begitu, ...
Sungguhpun demikian, ...
Tambahan lagi, ...
Tambahan pula, ...
Untuk itu, ...
Walaupun demikian, ...
B.     Konjungsi Intrakalimat
Konjungsi intrakalimat atau konjungsi antarklausa adalah konjungsi yang menghubungkan satuan-satuan kata dengan kata, frasa dengan frasa, dan klausa dengan klausa. Konjungsi ini dibagai menjadi tiga jenis, yaitu :
1.      Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki status sintaktis yang sama. Konjungsi ini juga bisa disebut dengan konjungsi setara.
Macam-macam konjungsi koordinatif :
a)      Konjungsi yang menyatakan penambahan, seperti dan.
Contoh : Aku membeli novel dan adikku membeli buku pelajaran.
b)      Konjungsi yang menyatakan perlawanan, seperti tetapi.
Contoh : Kakakku sering mendapatkan juara tetapi aku tidak pernah sama sekali.
c)      Konjungsi yang menyatakan pemilihan, seperti atau.
Contoh : Adik mau makan ikan bakar atau ayam goreng?
2.      Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki status sintaktis yang tidak sama. Konjungsi ini juga bisa disebut dengan konjungsi bertingkat.
Macam-macamnya :
a)      Konjungsi yang menyatakan waktu, seperti sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, hingga, dan sampai.
Contoh : Saya sedang makan ketika ayah datang.
b)      Konjungsi yang menyatakan syarat, seperti jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, dan manakala.
Contoh :  Beritahu aku jika kau akan datang.
c)      Konjungsi yang menyatakan pengandaian, seperti andaikan, seandainya, andaikata, umpamanya, dan sekiranya.
Contoh : Saya akan pintar, seandainya saya belajar.
d)     Konjungsi yang menyatakan tujuan, seperti agar, supaya, dan biar.
Contoh : Tutuplah jendela itu agar tidak ada angin yang masuk.
e)      Konjungsi yang menyatakan konsesif, seperti biarpun, meskipun, sekalipun, walaupun, sungguhpun, dan kendatipun.
Contoh : Aku akan pergi meskipun hari ini hujan.
f)       Konjungsi yang menyatakan pemiripan, seperti seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, dan laksana.
Contoh : Dia adalah wanita yang seolah-olah terlihat seperti pria.
g)      Konjungsi yang menyatakan sebab, seperti sebab, karena, dan oleh karena.
Contoh : Andi dimarahi sebab dia tidak disiplin.
h)      Konjungsi yang menyatakan akibat, seperti hingga, sehingga, sampai(-sampai), dan maka(nya).
Contoh : Gunung Merapi meletus sampai-sampai seluruh warga mengungsi.
i)        Konjungsi yang menyatakan penjelasan, seperti bahwa.
Contoh : Agus berkata bahwa dia sudah mengerti.
3.      Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa dan kedua unsur itu memiliki status sintaktis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan.
Macam-macamnya :
a)      baik           …        maupun           …
Contoh : Baik Adit maupun Agi ingin kursus piano.
b)      tidak hanya           …,       tetapi   (…)      juga     …
Contoh : Tidak hanya kehilangan rumah, tetapi ia juga kehilangan seluruh keluarganya. 
c)      bukan hanya          …,       melainkan        …
Contoh :  Bukan hanya  buku LKS yang dia bawa, melainkan juga membawa buku latihan.
d)     (se)demikian          (rupa)   …        sehingga          …
Contoh : Kakaknya belajar demikian tekun, sehingga ia dapat peringkat pertama.
e)      apa(kah)    …        atau     …
Contoh : Apakah dia berkata jujur atau tidak?
f)       entah         …        entah   …
Contoh : Entah ditanggapi entah tidak, ia akan mengajukan usul itu.
g)      jangankan  …,       …        pun      …
Contoh : Jangankan teriak, berbicara pun suaranya tidak bisa keluar.