Powered By Blogger

Rabu, 10 Oktober 2012

PEMAKAIAN TANDA BACA


NAMA       : Nur Shoaliha Bagus
NIM            : 1252132011
KELAS      : Business English A

PEMAKAIAN TANDA BACA

1.  Tanda Titik ( . )
·        Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
        Saya pergi ke apotek membeli obat.

·        Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
        DAFTAR ISI
BAB III KONSEP HUKUM DALAM ISLAM
A.  Pengertian
B.  Ruang Lingkup Hukum Islam
C.  Tujuan Hukum Islam

·        Dipakai untuk memisahkan jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
        Pukul 10.22.01

·        Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
        2.42.11

·        Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
        10.750

2.  Tanda koma ( , )
·        Dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
        Susi membeli sepatu, tas, dan kemeja.

·        Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti, tetapi atau sedangkan.
Misalnya:
        Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

·        Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat mendahului induk kalimat.
Misalnya:
        Karena sibuk, Rani lupa akan janjinya.

·        Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya.
Misalnya:
        Agusalim, S.Pd., M.Pd.

·        Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
        Teman saya, Nur Shoaliha Bagus, pandai sekali.

3.  Tanda titik koma ( ; )
·        Dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
        Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

·        Dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
        Ayah mengurus mobilnya di garasi; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik sedang bermain di halaman rumah; saya sendiri asyik mendengarkan radio di kamar.

4.  Tanda titik dua ( : )
·        Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian.
Misalnya:
        Kita sekarang membutuhkan perabot rumah tangga: meja, kursi, dan lemari.

·        Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
        Tempat Sidang          : Ruang 205
        Pengantar Acara       : Lutfi Nugraha.
        Hari                  : Rabu
        Waktu                       : 14.30
·        Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
        Ibu   : (meletakkan beberapa piring) “Bawa piring ini, Nur!”
        Nur   : “Baik, Bu,” (mengangkat piring dan masuk)
        Ibu   : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi)

·        Dipakai diantara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab suci, di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan (daftar pustaka).
Misalnya:
        Surah Yasin: 8

5.  Tanda hubung ( - )
·        Menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
        Di samping cara-cara lama itu ada juga ca-
ra yang baru.

·        Menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
        kekuning-kuningan, anak-anak.

·        Menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tunggal.
Misalnya:
        1-5-1969
        k-e-t-u-a

·        Merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an, singkatan berhuruf kapital  dengan imbuhan, dan nama jabatan rangkap.
Misalnya:
hari-H,
se-Sulawesi,
sinar-X,
tahun 70-an,
hadiah ke-18,
Menteri-Perhubungan.

·        Merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
        di-smash,

6.  Tanda pisah (  -  )
·        Membatasi penyisihan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
        Kesuksesan diri-saya  yakin akan diraih-diperjuangkan oleh diri kita sendiri.

·        Menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:          
        Rangkaian kegiatan ini-penelitian seminar diskusi ilmiah-merupakan kegiatan ilmiah pada suatu perguruan tinggi.

·        Dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai ke’ atau ‘sampai dengan’.
Misalnya:
        1994-2000
        Jakarta-Surabaya
        Tanggal 22-30 Mei 2012

7.  Tanda ellipsis ( … )
·        Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
        Kalau begitu … ya, segeralah berangkat.

·        Menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
        Sebab-sebab kekalahan … akan ditindaklanjuti lebih lanjut.

8.  Tanda Tanya ( ? )
·        Dipakai pada akhir kalimat Tanya.
Misalnya:
        Kapan ia berangkat?

·        Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diasingkan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
        Ia dilahirkan pada tahun 1994 (?).
        Uangnya sebanyak 20 juta rupiah (?) hilang.

9.  Tanda seru ( ! )
·        Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan  atau perintah yang menggambarkan kesungguhan ,ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
        Bersihkan ruangan ini sekarang juga!
        Alangkah menyedihkannya kejadian itu!

10.              Tanda kurung ( (…) )
·        Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
        Saya telah menyelesaikan KRS (Kartu Rencana Study) online saya kemarin siang.

·        Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
        Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru untuk perekonomian dalam negeri tahun ini.

·        Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Pemudik itu berasal dari (kota) Bandung.

11.              Tanda kurung siku ( […] )
·        Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi dentuman keras dari sana.

·        Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
                Persamaan kedua proses ini (perbedaanya [lihat halaman 22-25] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.

12.              Tanda petik ( “…” )
·        Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
        “Saya belum berangkat,” kata Rina, “sebentar lagi!”

·        Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
        Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 6 buku ini.

·        Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
        Pemuda  itu suka minum “sarabba”.

13.              Tanda petik tunggal ( ‘…’ )
·        Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
        Tanya Ali, ”Kau dengar bunyi ‘bruk-bruk’ tadi malam?” 

·        Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing.
Misalnya:
        break-up ‘putus’
        make-up ‘balikan’

14.              Tanda garis miring ( / )
·        Dipakai dalam nomor surat dan nomor pada kalimat dan penanda masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
        No. 9/MK/1994
        Jalan Matahari III/9
        tahun anggaran 1975/1976

·        Dipakai sebagai pengganti kata dan atau tiap.
Misalnya:
        Mahasiswa/mahasiswi
        Harganya Rp 250,00/biji

15.              Tanda penyingkat atau apostrof ( ‘ )
·        Menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
        22 Mei ’94 (’94 = 1994)
        Libur ‘lah tiba. (‘lah = telah) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar