NAMA :
Nur Shoaliha Bagus
NIM :
1252132011
KELAS :
Business English A
PEMAKAIAN TANDA BACA
1.
Tanda Titik ( . )
·
Dipakai pada
akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Saya
pergi ke apotek membeli obat.
·
Dipakai di
belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
DAFTAR ISI
BAB III KONSEP HUKUM DALAM ISLAM
A. Pengertian
B. Ruang Lingkup Hukum Islam
C. Tujuan Hukum Islam
·
Dipakai untuk
memisahkan jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
Pukul
10.22.01
·
Dipakai untuk
memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
2.42.11
·
Dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
10.750
2.
Tanda koma ( , )
·
Dipakai
diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Susi
membeli sepatu, tas, dan kemeja.
·
Dipakai untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata seperti, tetapi atau sedangkan.
Misalnya:
Saya
ingin datang, tetapi hari hujan.
·
Dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat mendahului induk
kalimat.
Misalnya:
Karena
sibuk, Rani lupa akan janjinya.
·
Dipakai antara
nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya.
Misalnya:
Agusalim,
S.Pd., M.Pd.
·
Dipakai untuk
mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Teman
saya, Nur Shoaliha Bagus, pandai sekali.
3.
Tanda titik koma ( ; )
·
Dipakai untuk
memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam
makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
·
Dipakai
sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam
kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah
mengurus mobilnya di garasi; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik sedang bermain di
halaman rumah; saya sendiri asyik mendengarkan radio di kamar.
4.
Tanda titik dua ( : )
·
Dipakai pada
akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian.
Misalnya:
Kita
sekarang membutuhkan perabot rumah tangga: meja, kursi, dan lemari.
·
Dipakai
sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Tempat
Sidang : Ruang 205
Pengantar
Acara : Lutfi Nugraha.
Hari : Rabu
Waktu : 14.30
·
Dipakai dalam
teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa piring) “Bawa piring
ini, Nur!”
Nur : “Baik, Bu,” (mengangkat piring dan masuk)
Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk
di kursi)
·
Dipakai
diantara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab suci,
di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan penerbit
buku acuan dalam karangan (daftar pustaka).
Misalnya:
Surah
Yasin: 8
5.
Tanda hubung ( - )
·
Menyambung
suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di
samping cara-cara lama itu ada juga ca-
ra yang baru.
·
Menyambung
unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
kekuning-kuningan,
anak-anak.
·
Menyambung
huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tunggal.
Misalnya:
1-5-1969
k-e-t-u-a
·
Merangkaikan
se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka,
angka dengan –an, singkatan berhuruf kapital
dengan imbuhan, dan nama jabatan rangkap.
Misalnya:
hari-H,
se-Sulawesi,
sinar-X,
tahun 70-an,
hadiah ke-18,
Menteri-Perhubungan.
·
Merangkaikan
unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash,
6.
Tanda pisah (
-
)
·
Membatasi
penyisihan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kesuksesan
diri-saya yakin
akan diraih-diperjuangkan
oleh diri kita sendiri.
·
Menegaskan
adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian
kegiatan ini-penelitian
seminar diskusi ilmiah-merupakan
kegiatan ilmiah pada suatu perguruan tinggi.
·
Dipakai di
antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai ke’ atau ‘sampai dengan’.
Misalnya:
1994-2000
Jakarta-Surabaya
Tanggal
22-30 Mei 2012
7.
Tanda ellipsis ( … )
·
Dipakai dalam
kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau
begitu … ya, segeralah berangkat.
·
Menunjukkan
bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab
kekalahan … akan ditindaklanjuti lebih lanjut.
8.
Tanda Tanya ( ? )
·
Dipakai pada
akhir kalimat Tanya.
Misalnya:
Kapan
ia berangkat?
·
Dipakai di
dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diasingkan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia
dilahirkan pada tahun 1994 (?).
Uangnya
sebanyak 20 juta rupiah (?) hilang.
9.
Tanda seru ( ! )
·
Dipakai
sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan
,ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Bersihkan
ruangan ini sekarang juga!
Alangkah
menyedihkannya kejadian itu!
10.
Tanda kurung ( (…) )
·
Mengapit
tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Saya
telah menyelesaikan KRS (Kartu Rencana Study) online saya kemarin siang.
·
Mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan
itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru untuk perekonomian
dalam negeri tahun ini.
·
Mengapit huruf
atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Pemudik itu berasal
dari (kota) Bandung.
11.
Tanda kurung siku ( […] )
·
Mengapit
huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau
bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar
bunyi dentuman keras dari sana.
·
Mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan
kedua proses ini (perbedaanya [lihat halaman 22-25] tidak dibicarakan) perlu
dibentangkan di sini.
12.
Tanda petik ( “…” )
·
Mengapit
petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis
lain.
Misalnya:
“Saya
belum berangkat,” kata Rina, “sebentar lagi!”
·
Mengapit judul
syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak
“Berdiri Aku” terdapat pada halaman 6 buku ini.
·
Mengapit
istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pemuda itu suka minum “sarabba”.
13.
Tanda petik tunggal ( ‘…’ )
·
Mengapit
petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya
Ali, ”Kau dengar bunyi ‘bruk-bruk’ tadi malam?”
·
Mengapit
makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing.
Misalnya:
break-up
‘putus’
make-up
‘balikan’
14.
Tanda garis miring ( / )
·
Dipakai dalam
nomor surat dan nomor pada kalimat dan penanda masa satu tahun yang terbagi
dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No.
9/MK/1994
Jalan
Matahari III/9
tahun
anggaran 1975/1976
·
Dipakai
sebagai pengganti kata dan atau tiap.
Misalnya:
Mahasiswa/mahasiswi
Harganya
Rp 250,00/biji
15.
Tanda penyingkat atau apostrof ( ‘ )
·
Menunjukkan
penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
22
Mei ’94 (’94 = 1994)
Libur
‘lah tiba. (‘lah = telah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar