NAMA : ANDI IKHA INAYAH HILDRIANI
KELAS : BE “A”
NIM : 1252132012
PEMAKAIAN TANDA
BACA
1 Tanda Titik (.)
a. Tanda
titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku Membeli baju baru.
b.
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar.
Misalnya:
III. Departemen Dalam Negeri
A.
Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B.
Direktorat Jenderal Agraria
1. ...
b.
1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu
bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam
deretan angka atau huruf.
c. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35
menit 20 detik)
d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka
jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka
waktu.
Misalnya:
1.35.20
jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
e. Tanda titik dipakai di antara nama penulis,
judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tandatanya
dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar,
Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.
f. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
g. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan
ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah.
Misalnya:
Ia
lahir pada tahun 1956 di Bandung.
h. Tanda titik tidak dipakai pada akhir
judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara kunjungan Adam Malik
I. Tanda
titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat
atau (2) nama dan alamat penerima
surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa
titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
2 Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur
dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Ibu membeli buah durian, jeruk, dan pepaya.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat
setara yang satu dari kalimat serata berikutnya yang didahului oleh kata
seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi
hari hujan.
c. Tanda koma
dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan
datang.
d. Tanda koma tidak
dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari
hujan.
Dia tahu bahwa soal itu penting.
e. Tanda koma dipakai di belakang
kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di
dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
... Oleh karena itu, kita
harus hati-hati.
f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata
seperti kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan dari kata
yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
g. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain dari kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
h. Tanda koma
dipakai di antara (i) nama dan
alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
(i)
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor.
(ii) Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu
1, Bogor
I. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana,
Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2.
Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
J.Tanda koma dipakai di antara nama orang dan
gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya
dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
K. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang
sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Presiden RI, Susilo Bambang
Yudhoyono, berkunjung ke Manado.
Semua siswa,
baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp 12,50
m. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam
pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Edyar, Agus mengucapkan
terima kasih.
n. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung
dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“ Di mana Saudara tinggal?” tanya
Karim.
“Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.
3 Tanda Titik Koma (;)
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum
selesai juga.
b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung
untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah
mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk memasak di dapur; Adik menghapal
nama-nama pahlawan nasional.
4. Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau
ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Moch. Achyar
Sekretaris : Tati Suryati
Bendahara : Noviana Pertiwi
b. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan
halaman, (ii) di antara surah dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul
dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan
dalam karangan.
Misalnya:
(i) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur
Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
(ii) Marzuki
dan Rudy W. 2006. Pembuatan Aneka Kerupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.
c. Titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ayah : “Karyo, sini kamu!”
Karyo : (datang menghampiri) “Ada
apa, Pak?”
Ayah : “Tolong ambilkan sepatu hitam
yang di atas lemari!”
d. Titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika
diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Pak Adi mempunyai tiga orang anak:
Ardi, Aldi, dan Asdi.
Kita sekarang memerlukan perabot
rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
5. Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar
atau kata berimbuhan yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
|
b. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak, kupu-kupu, berulang-ulang, kemerah-merahan, mondar-mandir, sayur-mayur
c. Tanda hubung menyambung huruf
dari kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
17-08-1945
d. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan kata dengan kata
berikutnya atau sebelumnya yang dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf dengan
angka, angka dengan kata/huruf.
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jabodetabek,
mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2, S-1, tahun 50-an
e. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
6.Tanda Pisah
a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau
kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu––saya yakin akan
tercapai––diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
b. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan
aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian
temuan ini––evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom––telah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
c. Tanda
pisah dipakai di antara dua bilangan atau kata dengan arti ‘sampai dengan’ atau
‘sampai ke’.
Misalnya:
2004––2009
tanggal 1––10 Mei 2007
7.Tanda Elipsis (...)
a. Tanda
elipsis dipakai dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ... ya, ayo kita
berangkat.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
... selanjutnya akan di bawa ke
pengadilan.
Catatan:
Jika bagian
yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, maka perlu dipakai empat buah
titik; tiga titik untuk menandai penghilangan teks dan satu titik untuk
menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Ibu baru pulang dari....
8.Tanda Tanya
a. Tanda
tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
b. Tanda tanya dipakai di dalam
kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
9.Tanda Seru (!)
a. Tanda seru dipakai pada akhir
kalimat printah.
Misalnya:
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Jangan berisik!
b. Tanda seru dipakai pada akhir
ungkapan atau pernyataan yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
ketakjuban, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Indah sekali pemandangan alam ini!
Merdeka!
10. Tanda
Kurung ((...))
a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan.
Misalnya:
Komisi A
telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program Kerja) dalam sidang
pleno tersebut.
b.Tanda kurung mengapit keterangan
atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan
itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima
tahun terakhir.
c. Tanda
kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor
produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
d.Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya
di dalam teks dapat
dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam
bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Sahrul Gunawan berasal dari (kota)
Bogor.
11. Tanda
Kurung Siku ([...])
a. Tanda kurung siku mengapit
huruf, kata, atau kelompok kata sebagai korekssi atau tambahan pada kalimat
atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Puteri men[d]engar bunyi
gemerisik.
b. Tanda kurung siku mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan
kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman
35––38]) perlu dibentangkan di sini.
12. Tanda Petik (“...”)
a. Tanda petik mengapit petikan
langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lainnya.
Misalnya:
“Saya belum siap,” kata Mira,
“tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa
negara ialah bahasa Indonesia.”
b. Tanda
petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak
“Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
Karangan
Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam
harian Tempo.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Saat ini ia
sedang tidak mempunyai pacar yang di kalangan remaja dikenal dengan “jomblo”.
Karena warna kulitnya, Budi mendapat
julukan “si Hitam”.
13. Tanda Petik Tunggal (‘...’)
a. Tanda
petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, Kau dengar bunyi
‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu
kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa
letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
atau ungkapan asing.
Misalnya:
Feed-back berarti
‘balikan’.
14. Tanda Garis Miring (/)
a . Tanda garis miring dipakai di
dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang
terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 12/PK/2005
Jalan Kramat III/10
Masa Bakti 2005/2006
Tahun Ajaran 2006/2007
b. Tanda
garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam
15. Tanda Penyingkat atau Apostrof
(‘)
a.
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.
Misalnya:
Gunung pun ‘kan kudaki. (‘kan =
akan)
17 Agustus ’45 (’45 = 1945)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar